Sabtu, 27 April 2013

BEBEK HYBRIDA

Munculnya bebek hibrida baru-baru ini lantaran kurangnya respons pasar akan bebek muda yang sempat booming beberapa waktu lalu. Ukuran daging yang terlalu kecil membuat pamor bebek muda meredup. Bebek hibrida pun menjadi pilihan karena daging yang dihasilkan lebih tebal, tidak berbau amis, tahan serangan penyakit dan waktu budidaya yang lebih cepat. Nah bagaimana prospek usaha pembibitan dan budidaya bebek hibrida ini?

Bebek hibrida merupakan bebek hasil kawin silang dua jenis bebek yang bertujuan mendapatkan keturunan yang mewarisi sifat baik dari indukan jantan dan betinanya. Peni Hardjosworo, Pakar Bebek IPB mengatakan, semakin jauh jarak asal bebek yang dikawinsilangkan, maka hasilnya semakin bagus. Contoh sederhana, yakni indukan betina bebek Alabio (asal Kalimantan Selatan) dikawinsilangkan dengan pejantan bebek Mojosari (asal Jawa Timur). Hasilnya lebih bagus dari pada bebek Cirebon yang dikawinkan dengan bebek Tasikmalaya. Selain bebek hibrida hasil perkawinan bebek Mojosari dengan Alabio, saat ini juga dikenal bebek hibrida hasil perkawinan bebek Mojosari (asal Jawa Timur) dengan bebek Peking (asal China). “Masih banyak bebek lainnya yang bisa dijadikan bebek hibrida, asal jarak keduanya jauh,” tambah Peni.

Lebih Unggul. Jika dibandingkan dengan ayam, perkembangan bebek tentu kalah pesat. Tak heran  bila saat ini daging bebek yang banyak dijual di restoran maupun warung makan yang menawarkan menu bebek adalah menggunakan bebek petelur afkir yang sudah tidak produktif menghasilkan telur. Daging bebak afkir ini  rasanya alot dan berbau amis.

 Penggunaan bebek afkir tersebut,  lantaran sebagian besar bebek di Indonesia merupakan bebek petelur, dan tidak ada bebek pedaging, sedangkan bebek yang memiliki dua keunggulan (petelur dan pedaging) adalah bebek Peking.

Nah booming-nya restoran maupun rumah makan yang menawarkan menu bebek lima tahun terakhir meningkatkan permintaan bebek sebagai bahan baku.  Untuk memenuhi permintaan tersebut, belakangan banyak peternak yang menjual bebek muda (bebek petelur yang masih produktif bertelur). Karena masih muda, maka daging yang dihasilkan terbilang kecil, apalagi setelah digoreng, tentu akan menyusut.  Hal ini pula yang membuat permintaan bebek muda yang sempat melejit kembali meredup. Maka dari itu, setelah banyak pelaku usaha yang mencoba mengawinsilangkan varietas bebek yang dianggap memiliki keunggulan daging dan pertumbuhan yang cepat maka ramailah dikenal bebek hibrida baru-baru ini. Lantaran memiliki banyak keunggulan tak heran bebek hibrida begitu sangat diminati.

Jika dibandingkan dari waktu panen, bebek hibrida jauh lebih cepat daripada bebek jawa/angonan yang kerap dijadikan bebek pedaging yang bisa panen 2-3 bulan atau menunggu bebek petelur afkir yang jauh lebih lama. Bebek hibrida sudah bisa dipanen dalam waktu 40 hari dengan bobot 1,3-1,8 kg.

Daging bebek yang dikenal bau amis dan alot bisa sedikit  berkurang pada daging bebek hibrida yang condong lebih empuk dan rasanya menyerupai daging ayam kampung. “Sebenarnya bau amis pada daging bebek bisa diturunkan dengan pemberian daun baluntas  sebanyak 1% yang dicampurkan dalam pakan. Daun ini kaya akan fenol, flavonoid dan kuersetin yang berfungsi sebagai antioksidan dan menurunkan bau amis,” tambah Peni.

Selain itu karakter tahan penyakit yang dimiliki bebek hibrida merupakan hal yang paling disukai oleh para peternak. Ardi, Pemilik CV Pertama Dwi Farm, menambahkan bahwa bebek hibrida menghasilkan telur yang lebih banyak dari bebek biasa. “Dalam setahun bebek hibrida bisa menghasilkan sekitar 230 butir telur, sedangkan bebek biasa hanya sekitar 200 butir,” jelas Ardi.

Prospek dan Persaingan. Lantaran bebek hibrida lebih unggul, tak salah jika banyak peternak optimis bahwa membudidaya bebek hibrida berprospek cerah. Menariknya, saat ini saja banyak peternak yang kewalahan menerima pesanan bebek hibrida yang bisa mencapai 3 kali dari kemampuan menyediakan bebek hibrida.

Prospek usaha bebek hibrida juga semakin menjanjikan, karena jika permintaan bebek konsumsi meningkat otomatis akan mendongkrak permintaan bibit bebek hibrida. Jika di tingkat peternak harga bebek hibrida Mojosari-Alabio bobot 1,2-1,4 kg/ekor dijual  Rp 25-30 ribu/ekor, dan bebek hibrida Mojosari-Peking bobot 1,3-1,8 kg/ekor Rp 20-25/ekor, maka di tingkat pengepul harganya lebih mahal 20%. Sedangkan untuk harga bibit bebek yang dikenal dengan DOD (Day Old Duck) mulai dari 6-7,5 ribu/ekor.

Meski bebek hibrida berkembang pesat dan menjanjikan, namun sayang baru sekitar Pulau Jawa yang membudidayakan bebek hibrida. Padahal sentra bebek tersebar dari Jawa Barat (Cirebon, Indramayu, Tasikmalaya, Bandung Barat), Jawa Tengah (Brebes, Tegal, Semarang), Jawa Timur (Mojokerto, Sidoarjo), Sulawesi Utara (Daerah Danau Tondano-Minahasa), Sumatra (Padang, Lampung, Palembang), Kalimantan Selatan (Pleihari). Menurut data statistik dari Direktorat Jenderal Peternakan RI, terjadi peningkatan produksi bebek dari tahun 2009 ke 2010 sebesar 6%. Di tahun 2010 panen bebek sebanyak 43.367.193 ekor, yang meningkat dari tahun sebelumnya yang hanya 40.679.541 ekor dan 39.839.520 ekor di tahun 2008.

Syarat Budidaya. Untuk lokasi bebek indukan (Mojosari, Alabio atau Peking) sebaiknya jauh dari kebisingan. Karena bebek indukan betina bisa stres dan tidak bertelur jika terlalu ramai atau ada suara yang mengagetkan seperti petir atau lalu lalang kendaraan. Adapun suhu yang optimal untuk ternak bebek yakni 26-30°C, dan bebek memerlukan area bermain termasuk kolam untuk berendam agar suhu tubuh bebek tidak terlalu panas.

Meski berdarah panas, namun bebek juga tidak tahan jika di kondisi yang dingin, karenanya jika kandang yang digunakan memiliki lantai semen atau tembok, maka lantai kandang perlu diberi sekam agar lebih hangat. Cara lain yang dapat dilakukan adalah membuka jendela kandang atau membuat ruang tanpa dinding atau di sebagian sisi kandang.

Tingkat kepadatan kandang bebek untuk bebek umur 1-7 hari sekitar 50 ekor per m2 dan kepadatan terus direnggangkan hingga bebek bertambah besar yakni 20 ekorumur 1-2 minggu, 12 ekor/m2 di umur 2-3 minggu, 9 ekor umur 3-4 minggu, 6 ekor hingga umur 6 minggu dan 5 ekor di umur 7-8 minggu.

Sementara itu, agar menghasilkan bibit yang berkualitas, pilih indukan yang berumur di atas 5 bulan dan bertelur 1-2 butir/hari, lincah dan mata tidak sendu. Nah agar telur yang dihasilkan dapat ditetaskan, maka hanya indukan yang dibuahi sperma pejantan yang akan menetas baik melalui kawin alami maupun kawin suntik. Telur-telur yang telah dibuahi akan menetas setelah disimpan selama 25 hari di mesin penetasan. “Jika ingin kawin alami baiknya perbandingan populasi bebek jantan dan betina 1:8 atau 1:4,” jelas Peni. Sementara itu masa produktif bebek jantan sekitar 1,5 tahun dan betina 2 tahun.

Selama proses pembesaran bebek dibagi menjadi 2 tahap yakni fase starter (1-14 hari) dan finisher (14-40 hari). Yang membedakan kedua fase ini adalah kebutuhan protein pakan di mana fase starter perlu protein 20% dan grower cukup 18-19% kadar proteinnya. Pola pemberian pakan bisa dilakukan 4 kali sehari atau pakan diberikan ad-libitum (selalu tersedia) begitu juga dengan air minumnya.

Pemasaran. Penjualan bibit bebek (DOD) sudah pasti dijual ke peternak pembesaran bebek hibrida, sedangkan untuk bebek hibrida siap konsumsi biasanya para peternak bebek hibrida menjualnya ke tengkulak atau pengepul. Melalui tengkulak bebek tersebut dijual kembali ke pengusaha restoran atau rumah makan yang menyediakan menu bebek hingga supermarket.

Bebek ini kian digemari rumah makan, restoran dan hotel. Dengan harga yang cukup tinggi, bebek biasanya dikonsumsi kalangan menengah atas. SV Primadona, Kepala Subdirektorat Ternak Unggas dan Aneka Ternak-Kementrian Pertanian RI mengungkapkan bahwa panen yang ada biasanya selalu terserap habis oleh pasar. Daerah penyerap terbanyak untuk konsumsi bebek, yakni Jabodetabek, Surabaya dan kota-kota besar lainnya di Indonesia.

Kendala dan Risiko. Sejauh ini para pelaku usaha merasa masih kesulitan mendapatkan bibit yang baik, karena tidak ada proses sertifikasi bibit bebek. Sebagai alternatif, mereka hanya membeli indukan atau DOD dari kelompok tani terpercaya oleh pemerintah dan pelaku besar.

Harga pakan yang terus meningkat juga membuat pelaku mengelus dada. Mengingat jika hal ini bisa mempengaruhi besar keuntungan atau kenaikan harga. Untuk menanggulagi harga pakan, pelaku menggunakan pakan tambahan misalnya dicampur udang, ikan atau sayuran sisa pasar. Seperti yang dilakukan Dwi dan Ardi, peternak DOD hibrida yang menggunakan sayuran sisa pasar. Sedangkan peternak lainnya seperti Ali, Budi, Mustafa pemilik Usaha Unggas yang memberikan jamu herbal sebagai vitamin dan antibodi sehingga bebek tersebut tak rentan serangan penyakit.

Akibat stres, indukan bisa tidak bertelur seperti karena rontok bulu tiap 6 bulan sekali atau karena suara keras petir misalnya, ada orang masuk kandang dengan parfum yang menyengat, atau warna baju mencolok yang bisa membuat bebek tidak bertelur 1-2 hari atau 1 bulan saat bulu rontok.

Sampai saat ini banyak pelaku usaha yang menggunakan vitamin anti stres seperti Vita Stress yang banyak dijual di pasaran dengan dosis sesuai anjuran. Pemberiannya tidak perlu dilakukan setiap hari pada air minum, tetapi cukup dilakukan ketika bebek indukan tersebut mengalami stres yang ditandai dengan nafsu makan berkurang dan tidak mau bertelur.

Untuk menghindari bebek dari penyakit juga sangat penting diperhatikan kebersihan kandang, yakni dengan membersihkan kandang 2 kali seminggu, tak lupa menyemprot kandang dengan desinfektan. Selain itu, tempat aktivitas makan minum juga dipisahkan dari tempat bebek bermain dan beristirahat. Sebab jika disatukan, kandang akan menjadi sangat kotor dari kebiasaan bebek yang “acak-acakan” dan bebek pun bisa terkena penyakit.

2 komentar:

  1. Mohon penawaran harga,
    saya perlu 500 ekor bebek hibrida hidup, bobot 1,8 kg.

    kalau harga cocok, saya bisa rutin ambil harian/mingguan..

    mohon informasinya 081222000771

    terima kasih

    salam,

    BalasHapus
  2. Beli dod nya dimana untuk wilayah Palembang?

    BalasHapus