Munculnya bebek hibrida baru-baru ini lantaran kurangnya respons pasar akan bebek muda yang sempat booming
beberapa waktu lalu. Ukuran daging yang terlalu kecil membuat pamor
bebek muda meredup. Bebek hibrida pun menjadi pilihan karena daging yang
dihasilkan lebih tebal, tidak berbau amis, tahan serangan penyakit dan
waktu budidaya yang lebih cepat. Nah bagaimana prospek usaha pembibitan
dan budidaya bebek hibrida ini?
Bebek hibrida
merupakan bebek hasil kawin silang dua jenis bebek yang bertujuan
mendapatkan keturunan yang mewarisi sifat baik dari indukan jantan dan
betinanya. Peni Hardjosworo, Pakar Bebek IPB mengatakan, semakin jauh
jarak asal bebek yang dikawinsilangkan, maka hasilnya semakin bagus.
Contoh sederhana, yakni indukan betina bebek Alabio (asal Kalimantan
Selatan) dikawinsilangkan dengan pejantan bebek Mojosari (asal Jawa
Timur). Hasilnya lebih bagus dari pada bebek Cirebon yang dikawinkan
dengan bebek Tasikmalaya. Selain bebek hibrida hasil perkawinan bebek
Mojosari dengan Alabio, saat ini juga dikenal bebek hibrida hasil
perkawinan bebek Mojosari (asal Jawa Timur) dengan bebek Peking (asal
China). “Masih banyak bebek lainnya yang bisa dijadikan bebek hibrida,
asal jarak keduanya jauh,” tambah Peni.
Lebih Unggul.
Jika dibandingkan dengan ayam, perkembangan bebek tentu kalah pesat.
Tak heran bila saat ini daging bebek yang banyak dijual di restoran
maupun warung makan yang menawarkan menu bebek adalah menggunakan bebek
petelur afkir yang sudah tidak produktif menghasilkan telur. Daging
bebak afkir ini rasanya alot dan berbau amis.
Penggunaan
bebek afkir tersebut, lantaran sebagian besar bebek di Indonesia
merupakan bebek petelur, dan tidak ada bebek pedaging, sedangkan bebek
yang memiliki dua keunggulan (petelur dan pedaging) adalah bebek Peking.
Nah booming-nya restoran maupun rumah makan
yang menawarkan menu bebek lima tahun terakhir meningkatkan permintaan
bebek sebagai bahan baku. Untuk memenuhi permintaan tersebut,
belakangan banyak peternak yang menjual bebek muda (bebek petelur yang
masih produktif bertelur). Karena masih muda, maka daging yang
dihasilkan terbilang kecil, apalagi setelah digoreng, tentu akan
menyusut. Hal ini pula yang membuat permintaan bebek muda yang sempat
melejit kembali meredup. Maka dari itu, setelah banyak pelaku usaha yang
mencoba mengawinsilangkan varietas bebek yang dianggap memiliki
keunggulan daging dan pertumbuhan yang cepat maka ramailah dikenal bebek
hibrida baru-baru ini. Lantaran memiliki banyak keunggulan tak heran
bebek hibrida begitu sangat diminati.
Jika dibandingkan dari
waktu panen, bebek hibrida jauh lebih cepat daripada bebek jawa/angonan
yang kerap dijadikan bebek pedaging yang bisa panen 2-3 bulan atau
menunggu bebek petelur afkir yang jauh lebih lama. Bebek hibrida sudah
bisa dipanen dalam waktu 40 hari dengan bobot 1,3-1,8 kg.
Daging bebek yang dikenal bau amis dan alot bisa sedikit berkurang pada
daging bebek hibrida yang condong lebih empuk dan rasanya menyerupai
daging ayam kampung. “Sebenarnya bau amis pada daging bebek bisa
diturunkan dengan pemberian daun baluntas sebanyak 1% yang dicampurkan
dalam pakan. Daun ini kaya akan fenol, flavonoid dan kuersetin yang berfungsi sebagai antioksidan dan menurunkan bau amis,” tambah Peni.
Selain itu karakter tahan penyakit yang dimiliki bebek hibrida
merupakan hal yang paling disukai oleh para peternak. Ardi, Pemilik CV
Pertama Dwi Farm, menambahkan bahwa bebek hibrida menghasilkan telur
yang lebih banyak dari bebek biasa. “Dalam setahun bebek hibrida bisa
menghasilkan sekitar 230 butir telur, sedangkan bebek biasa hanya
sekitar 200 butir,” jelas Ardi.
Prospek dan Persaingan.
Lantaran bebek hibrida lebih unggul, tak salah jika banyak peternak
optimis bahwa membudidaya bebek hibrida berprospek cerah. Menariknya,
saat ini saja banyak peternak yang kewalahan menerima pesanan bebek
hibrida yang bisa mencapai 3 kali dari kemampuan menyediakan bebek
hibrida.
Prospek usaha bebek hibrida juga semakin menjanjikan,
karena jika permintaan bebek konsumsi meningkat otomatis akan
mendongkrak permintaan bibit bebek hibrida. Jika di tingkat peternak
harga bebek hibrida Mojosari-Alabio bobot 1,2-1,4 kg/ekor dijual Rp
25-30 ribu/ekor, dan bebek hibrida Mojosari-Peking bobot 1,3-1,8 kg/ekor
Rp 20-25/ekor, maka di tingkat pengepul harganya lebih mahal 20%.
Sedangkan untuk harga bibit bebek yang dikenal dengan DOD (Day Old Duck) mulai dari 6-7,5 ribu/ekor.
Meski bebek hibrida berkembang pesat dan menjanjikan, namun sayang
baru sekitar Pulau Jawa yang membudidayakan bebek hibrida. Padahal
sentra bebek tersebar dari Jawa Barat (Cirebon, Indramayu, Tasikmalaya,
Bandung Barat), Jawa Tengah (Brebes, Tegal, Semarang), Jawa Timur
(Mojokerto, Sidoarjo), Sulawesi Utara (Daerah Danau Tondano-Minahasa),
Sumatra (Padang, Lampung, Palembang), Kalimantan Selatan (Pleihari).
Menurut data statistik dari Direktorat Jenderal Peternakan RI, terjadi
peningkatan produksi bebek dari tahun 2009 ke 2010 sebesar 6%. Di tahun
2010 panen bebek sebanyak 43.367.193 ekor, yang meningkat dari tahun
sebelumnya yang hanya 40.679.541 ekor dan 39.839.520 ekor di tahun 2008.
Syarat Budidaya.
Untuk lokasi bebek indukan (Mojosari, Alabio atau Peking) sebaiknya
jauh dari kebisingan. Karena bebek indukan betina bisa stres dan tidak
bertelur jika terlalu ramai atau ada suara yang mengagetkan seperti
petir atau lalu lalang kendaraan. Adapun suhu yang optimal untuk ternak
bebek yakni 26-30°C, dan bebek memerlukan area bermain termasuk kolam
untuk berendam agar suhu tubuh bebek tidak terlalu panas.
Meski berdarah panas, namun bebek juga tidak tahan jika di kondisi yang
dingin, karenanya jika kandang yang digunakan memiliki lantai semen atau
tembok, maka lantai kandang perlu diberi sekam agar lebih hangat. Cara
lain yang dapat dilakukan adalah membuka jendela kandang atau membuat
ruang tanpa dinding atau di sebagian sisi kandang.
Tingkat
kepadatan kandang bebek untuk bebek umur 1-7 hari sekitar 50 ekor per m2
dan kepadatan terus direnggangkan hingga bebek bertambah besar yakni 20
ekorumur 1-2 minggu, 12 ekor/m2 di umur 2-3 minggu, 9 ekor umur 3-4
minggu, 6 ekor hingga umur 6 minggu dan 5 ekor di umur 7-8 minggu.
Sementara itu, agar menghasilkan bibit yang berkualitas, pilih indukan
yang berumur di atas 5 bulan dan bertelur 1-2 butir/hari, lincah dan
mata tidak sendu. Nah agar telur yang dihasilkan dapat ditetaskan, maka
hanya indukan yang dibuahi sperma pejantan yang akan menetas baik
melalui kawin alami maupun kawin suntik. Telur-telur yang telah dibuahi
akan menetas setelah disimpan selama 25 hari di mesin penetasan. “Jika
ingin kawin alami baiknya perbandingan populasi bebek jantan dan betina
1:8 atau 1:4,” jelas Peni. Sementara itu masa produktif bebek jantan
sekitar 1,5 tahun dan betina 2 tahun.
Selama proses pembesaran bebek dibagi menjadi 2 tahap yakni fase starter (1-14 hari) dan finisher (14-40 hari). Yang membedakan kedua fase ini adalah kebutuhan protein pakan di mana fase starter perlu protein 20% dan grower cukup 18-19% kadar proteinnya. Pola pemberian pakan bisa dilakukan 4 kali sehari atau pakan diberikan ad-libitum (selalu tersedia) begitu juga dengan air minumnya.
Pemasaran. Penjualan
bibit bebek (DOD) sudah pasti dijual ke peternak pembesaran bebek
hibrida, sedangkan untuk bebek hibrida siap konsumsi biasanya para
peternak bebek hibrida menjualnya ke tengkulak atau pengepul. Melalui
tengkulak bebek tersebut dijual kembali ke pengusaha restoran atau rumah
makan yang menyediakan menu bebek hingga supermarket.
Bebek
ini kian digemari rumah makan, restoran dan hotel. Dengan harga yang
cukup tinggi, bebek biasanya dikonsumsi kalangan menengah atas. SV
Primadona, Kepala Subdirektorat Ternak Unggas dan Aneka
Ternak-Kementrian Pertanian RI mengungkapkan bahwa panen yang ada
biasanya selalu terserap habis oleh pasar. Daerah penyerap terbanyak
untuk konsumsi bebek, yakni Jabodetabek, Surabaya dan kota-kota besar
lainnya di Indonesia.
Kendala dan Risiko.
Sejauh ini para pelaku usaha merasa masih kesulitan mendapatkan bibit
yang baik, karena tidak ada proses sertifikasi bibit bebek. Sebagai
alternatif, mereka hanya membeli indukan atau DOD dari kelompok tani
terpercaya oleh pemerintah dan pelaku besar.
Harga pakan yang
terus meningkat juga membuat pelaku mengelus dada. Mengingat jika hal
ini bisa mempengaruhi besar keuntungan atau kenaikan harga. Untuk
menanggulagi harga pakan, pelaku menggunakan pakan tambahan misalnya
dicampur udang, ikan atau sayuran sisa pasar. Seperti yang dilakukan Dwi
dan Ardi, peternak DOD hibrida yang menggunakan sayuran sisa pasar.
Sedangkan peternak lainnya seperti Ali, Budi, Mustafa pemilik Usaha
Unggas yang memberikan jamu herbal sebagai vitamin dan antibodi sehingga
bebek tersebut tak rentan serangan penyakit.
Akibat stres,
indukan bisa tidak bertelur seperti karena rontok bulu tiap 6 bulan
sekali atau karena suara keras petir misalnya, ada orang masuk kandang
dengan parfum yang menyengat, atau warna baju mencolok yang bisa membuat
bebek tidak bertelur 1-2 hari atau 1 bulan saat bulu rontok.
Sampai saat ini banyak pelaku usaha yang menggunakan vitamin anti stres
seperti Vita Stress yang banyak dijual di pasaran dengan dosis sesuai
anjuran. Pemberiannya tidak perlu dilakukan setiap hari pada air minum,
tetapi cukup dilakukan ketika bebek indukan tersebut mengalami stres
yang ditandai dengan nafsu makan berkurang dan tidak mau bertelur.
Untuk menghindari bebek dari penyakit juga sangat penting diperhatikan
kebersihan kandang, yakni dengan membersihkan kandang 2 kali seminggu,
tak lupa menyemprot kandang dengan desinfektan. Selain itu, tempat
aktivitas makan minum juga dipisahkan dari tempat bebek bermain dan
beristirahat. Sebab jika disatukan, kandang akan menjadi sangat kotor
dari kebiasaan bebek yang “acak-acakan” dan bebek pun bisa terkena
penyakit.
Mohon penawaran harga,
BalasHapussaya perlu 500 ekor bebek hibrida hidup, bobot 1,8 kg.
kalau harga cocok, saya bisa rutin ambil harian/mingguan..
mohon informasinya 081222000771
terima kasih
salam,
Beli dod nya dimana untuk wilayah Palembang?
BalasHapus